Rabu, 01 Februari 2012

Ilmu dasar keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.    A.  Latar Belakang
Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore, Maryland.Pendidikan: Diploma (awal tahun 1930), Pendiri Hospital School Of Nursing, Washington DC; Orem mendapat Titel BSN Ed (1939) dan MSN Ed (1945) di The Catholic University of America, Washington DC. Orem mendapat gelar kehormatan: Dokter Ilmu Pengetahuan dari Georgetown University (1976) dan Pendiri Perguruan Tinggi di San Antonio, Texas (1980); Dokter Surat kemanusiaan dari Illinois Wesleyan University, Bloomington, Illinois (1988); Gelar kehormatan dokter, University of Missouri-Columbia (1998). Dr. Orem melanjutkan untuk aktif dalam pengembangan teori. Dia menyelesaikan edisi ke-6 dari keperawatan: konsep praktek, yang diterbitkan oleh Mosby pada Januari 2001.Dorothea E. Orem meninggal pada 22 Juni 2007 di kediamannya di Savannah, USA. Orem meninggal pada umur 93 tahun. Dunia keperawatan telah kahilangan seorang ahli dan dianggap sebagai orang terpenting serta memiliki wawasan yang sangat luas di bidang keperawatan.Dalam bidang keperawatandapat dikatakan bahwa ahli Keperawatan dari Amerika, Dorothea E Orem, termasuk salah seorang yang terpenting diantara orang yang mengembangkan pandangan dalam bidang Keperawatan.Dorothea Orem melihat bahwa perawatan propesional mendapat bantuan pengambil alihan tugas sebahagian atau pun keseluruhan atau perawatan diri atau perawatan.
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuha
Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 50- 100/100.000 penderita pertahun. Angka kematian tersebut mulai menurun sejak awal tahun 1900, beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat kejadian penyakit yang menurun yang disebabkan karena kontrol yang baik terhadap faktor resiko penyakit stroke.(Iskandar, 2002). Menurut Warlow, dari penelitian pada populasi masyarakat, Infark aterotrombotik merupakan penyebab stroke yang paling sering terjadi, yaitu ditemukan pada 50% penderita aterotrombotik bervariasi antara 14-40%. Infark aterotrombotik terjadi akibat adanya proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan intrakranial.
Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI, menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting, dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk menentukan pencegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan.
Pada beberapa kasus serangan stroke klien akan mengalami kecacatan baik bersifat sementara maupun menetap. Hal ini tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi klien, dikarenakan perubahan situasional dan kondisi klien yang mengalami kelumpuhan akan mempersulit mobilitas baik selama perawatan di Rumah Sakit maupu ketika di rumah. Peran keluarga sangat penting dimana pada masa awal klien akan membutuhkan bantuan dari keluarga, namun pada jangka panjang tentunya klien harus mampu memenuhi kebutuhan harian secara mandiri dengan bantuan minimal.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model “self care” yang diperkenalkan oleh  Dorothea E. Orem. Model konsep ini dipilih karena sesuai dengan kondisi Ny M yang mengalami masalah keperawatan defisit perawatan diri dikarenakan kelemahan fisik. Kondisi tersebut tentunya akan sejalan dengan permasalahan yang dihadapi oleh Ny M. Tujuan akhir dari keadan ini adalah perawata mampu memfasilitasi dan membawa klien untuk mulai menyadari tentang keterbatasan sehingga pada akhirnya secara bertahap akan kembali memiliki fungsi self care secara optimal
Melalui pendekatan model konseptual Dorothea Orem, perawat akan memfasilitasi kebutuhan Ny M sesuai tingkat ketergantungan dimana pada awal serangan klien akan masuk dalam tingkat ketergantungan total care dan memerlukan bantuan secara penuh dari perawat, diharapkan dengan bantuan tersebut klien secara bertahap akan mampu mencapai fungsi self care kembali sesuai dengan tingkat kemampuan klien
Kasus ini dipilih dan menarik untuk dipelajari karena kondisi stroke merupakan permasalahan bagi klien dan keluarga dimana pada awalnya klien mengalami kelemahan angota gerak dan memiliki riwayat penyakit terkait yaitu PJK. Selain itu asuhan keperawatan diberikan kepada klien pada saat tingkat total care sehingga penulis ingin mengidentifikasi bagaimana perkembangan Ny M dalam mencapai fungsi self care. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk memilih kasus klien Ny M dengan kasus stroke non haemorragic hari ke 1 dengan menggunakan pendekatan model konseptual self care Dorothea Orem.
1.    B.  Rumusan Masalah
Klien yang mengalami serangan stroke pada umumnya mengalami kelumpuhan dan memiliki permasalahan penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri. Proses pemulihan dari kondisi kelemahan memerlukan bantuan perawat pada saat total care, keluarga dan orang terdekat ketika klien memasuki proses perawatan mandiri. Ny M dengan kondisi kelemahan fisik akan berada pada tingkat total care dimana membutuhkan bantuan petugas kesehatan dalam proses menuju transisi pencapaian fungsi self care.



1.    C . Tujuan Penulisan 
1.    Tujuan umum
Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan self care Dorothea Orem pada kasus klien Ny M dengan kasus stroke non haemorragic di ruang saraf RSD Dr Soebandi Jember
2.    Tujuan khusus
    Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus stroke non haemorragic pada klien Ny M.
    Melakukan penerapan model konsep keperawatan self care Dorothea Orem pada kasus stroke non haemorragic pada klien Ny M
    Melakukan pengelolaan pada kasus stroke non haemorragic pada klien Ny M dengan menggunakan model konsep keperawtan self care Dorothea Orem
    Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola
    Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konseptual pada kasus stroke non haemorragic.
















BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep  Model  Konseptual Keperawatan Self Care
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. (Orem’s 1980).Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.
1.    Keyakinan dan nilai-nilai
  Keyakinan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
a. Klien : Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit/trauma atau coping dan efeknya.
b. Sehat :  Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas struktural fungsi dan perkembangan.
c.  Lingkungan : Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk di dalamnya tetapi tidak spesifik.
d. Keperawatan : Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan seft care yang mencakup integrias struktural, fungsi dan perkembangan.
2.     Tiga kategori self care
Model Orem’s, meyebutkan ada beberapa kebutuhan self care atau yang disebutkan sebagai keperluan self care (sefl care requisite), yaitu :
a.  Universal self care requisite : Keperluan self care universal ada pada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusian dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal self care requisite yang dimaksudkan adalah :
•    Pemeliharaan kecukupan intake udara
•    Pemeliharaan kecukupan intake cairan
•    Pemeliharaan kecukupan intake makanan
•     Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
•    Pemeliharaan keseimbangan antara solitut dan interaksi sosial
•    Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia.
•     Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses-proses eleminasi dan exrement.
•    Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan kedalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.
b.  Developmental self care requisite : terjadi berhubungan dengan tingkat perkembangan individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal, yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.
c.   Health Deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.
Orem’s mendiskripsikan dua kategori dibawah ini sebagai keperluan self care (self care requisites), dan ini timbul dari pengaruh peristiwa-peristiwa pada keperluan universal self care  antara lain : Sewaktu ada keinginan untuk mengasuh dirinya sendiri dan seseorang itu mampu untuk menemukan keinginannya, maka self care itu dimungkinkan. Tetapi bila keinginan itu lebih besar dari kapasitas individual atau kemampuan untuk menemukannya, terjadilah ketidak seimbangan dan ini dikatakan sebagai self  care deficit.
3.    Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem’s secara umum adalah :
a.    Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
b.    Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care.
c.    Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan depenent (dependent care) jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
d.    Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
Tujuan kepewatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga /komunitas adalah :
a.    Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara therapeutik.
b.    Menolong klien bergerak kearah tindakan-tindakan asuhan mandiri
c.    Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada Model Orem’s yang diterapkan pada praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah :
    Aspek Interpersonal    : Hubungan didalam keluarga
    Aspek Sosial        : Hubungan keluarga dengan masyarakat di sekitarnya.
    Aspek Prosedural    :Melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
    Aspek Tehnis        :Mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang dilakukan dirumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.
    Pengetahuan dan Ketrampilan untuk Praktek
Perawat menolong klien untuk menemukan kebutuhan self care dengan menggunakan tiga kategori dalam system keperawatan dan melalui lima metode bantuan.
1.  Kategoi Bantuan :
a.  Wholly Compensatory      :    Bantuan secara  keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan tidak berespon terhadap rangsangan.
b. Partially Compensatory         :    Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
c. Supportive Education   :   Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
2.  Metode  Bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem dan melalui lima metode bantuan yang meliputi :
a.    Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
b.    Mengajarkan klien
c.    mengarahkan klien
d.    Mensupport klien
e.    Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.
Untuk melaksanakan hal tersebut, lima area utama untuk praktek keperawatan di diskripsikan sebagai berikut :
a.    Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat – klien dengan individu,   keluarga atau kelompok sampai klien  dapat diizinkan pulang dari perawatan.
b.    Menetapkan jika dan bagaimana klien dapat dibantu melalui perawatan.
c.    Merespon keperluan klien, keinginannya dan kebutuhannya untuk kontak dengan perawat dan asisten.
d.    Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan keperawatan dan kehidupan sehari-hari klien, pelayanan kesehatan yang dibutuhkan atau diterima, atau pelayanan sosial dan penyuluhan yang dibutuhkan atau yang diterima.
Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kabutuhan hidup, memlihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori. Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas Self Care mereka.
1. Manusia :
Suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsi secara biologis simbolik dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait dengan :
1.    Udara
2.    Air
3.    Makanan
4.    Eliminasi
5.    Kegiatan dan istirahat
6.    Interaksi sosial
7.    Pencegahan terhadap bahaya kehidupan
8.    Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia

2.    Masyarakat/lingkungan :
Lingkungan sekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan interaktif
3. Kesehatan :
Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang berkembang dan berfungsi secara fisik dan jiwa yang meliputi aspek fisik, psikologik, interpersonal dan sosial. Kesejahteraan digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi persepsi individu terhadap keberadaannya. Kesejahteraan merupakan suatu kedaan dicirikan oleh pengalaman yang menyenangkan dan berbagai bentuk kebahagiaan lain, pengalaman spiritual, gerakan untuk memenuhi ideal diri seseorang dan melalui personalisasi berkesinambungan.
4. Keperawatan :
Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan sepenuhnya atau sebagian pada byi, anak dan orang dewasa, ketika mereka, orangtua mereka, wali atau orang dewasa lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan atau perawatan pada mereka tidak lagi mampu merawat atau mengasuh atau mengawasi mereka. Upaya kreatif manusia ditujukan untuk menolong sesama. Keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan mempunyai tujuan suatu fungsi yang dilakukan perawat karena memiliki kecerdasan, serta tindakan yang memungkinkan pemulihan kondisi secara manusiawi pada manusia dan lingkungannya.
BAB III
APLIKASI KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Gangguan peredaran darah otak merupakan suatu masalah yang komplek dimana manifestasi yang ditimbulkan akan berdampak luas pada individu. Salah satu manifestasi yang muncul adalah kerusakan neuromuskular misal lumpuh sebagian anggota badan maupun secara total, tergantung area yang terkena gangguan.
Ny M dengan diagnosa medis Stroke infark akibat tromboembolitik telah dilakukan pengkajian pada pada hari ke 4 awitan dimana klien teridentifikasi memiliki tingkat ketergantungan the partially compensatory nursing system. Melalui asuhan keperawatan dengan mengunakan pendekatan model konsep self care Orem maka perawat akan memfasilitasi kebutuhan klien dalam menyelesaikan masalah kesehatan hingga akhirnya klien mampu mencapai fungsi self carenya dengan bantuan dari keluarga.
Pada pengkajian menurut Orem pada Ny M melalui langkah pertama dapat diidentifikasi masalah keperawatan yang muncul adalah: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah ke cerebral, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan kemampuan batuk efektif, defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan.
Setelah perawat melakukan proses keperawatan maka penetapan tujuan merupakan kolaborasi antara perawat-keluarga-klien dimana keluarga sebagai unit terdekat yang nantinya akan memfasilitasi kebutuhan klien setinggalnya di rumah dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah keperawatan.
Pada penetapan tujuan dan rencana tindakan perawat akan memfasilitasi klien dalam melakukan batuk efektif dan pengaturan pola nafas dan dapat beradaptasi dengan kondisinya saat ini dengan bantuan terutama dari keluarga dimana klien dapat berlatih mobilisasi aktif bertahap guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bantuan sebagian dari petugas kesehatan dan dari keluarga. Pada proses implementasi perawat senantiasa melibatkan keluarga dalam melakukan intervensi agar mampu mengetahui kebutuhan klien yang dapat dipenuhi oleh keluarga. Dalam proses ini tidak terdapat masalah yang berarti sebab klien dan keluarga kooperatif dan mampu memahami penjelasan dari perawat.
Proses evaluasi dilakukan setelah melalui tahapan implementasi keperawatan terhadap diagnosa yang muncul. Dari hasil evaluasi didapatkan kesimpulan bahwa klien masih dalam tahap the partially compensatory nursing system dimana kebutuhan klien masih dibantu oleh perawat dan keluarga, namun dari klien sendiri sudah didapatkan peningkatan kemampuan baik fisik maupun psikologis yaitu motivasi untuk melakukan aktifitas secara mandiri dan peningkatan penghargaan terhadap diri sendiri. Hal in tentunya merupakan nilai positif dalam peningkatan kemampuan klien menuju self care yang nantinya akan dilakukan di rumah. Adapun dari keluarga dapat berperan aktif dalam pemenuhan klien ketika masih dalam perawatan di rumah sakit sehingga proses asuhan keperawatan dalam berjalan lancar sebagaimana mestinya.

BAB  IV
PENUTUP
4.A. Kesimpulan
Dengan mempelajari model konsep maka dapat disimpulkan betapa perawat harus memahami apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga klien dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar. Asuhan keperawatan dengan pemilihan model konsep yang sesuai dengan karakteristik klien dapat memberikan asuhan keperawatan yang relevan.
Model konsep self care mempunyai makna bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi klien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan dan untuk dapat menerapkan teori keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang terapeutik.
4.B. Saran
Pada dasarnya semua teori yang ada merupakan sebuah petunjuk praktik dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. antara teori satu dengan teori lain tidaklah saling bertentangan, melainkan saling berkaitan. Penggunaan teori keperawatan memungkinkan perbaikan pelayanan keperawatan yang lebih berkualitas. keperawatan dalam menghadapi tantangan di masa depan haruslah memiliki sebuah model dan pandangan sendiri tentang disiplin ilmunya. Keperawatan yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu kesehatan berusaha menampilkan sebuah cabang ilmu yang berbeda dari ilmu kesehatan yang lainya sehingga dapat meningkatkan penghargan terhadap disiplin ilmu keperawatan dengan tujuan akhir meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.








DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall. 2000. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan “Pedoman untuk perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo.1987. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik ( terjemahan ), Edisi VI, Volume II. Jakarta: EGC.
Hand Out Kursus Keperawatan Neurologi, Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Jakarta (tidak dipublikasikan)
Indriyani, Diyan. 2009. Kumpulan Makalah Teori Model Konseptual Keperawatan. Tidak dipublikasikan. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember
Japardi, Iskandar. 2002. Patofisiologi Stroke Infark akibat Tromboemboli. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. (online), (http://www.USU digital library.com diakses Juni 2009).
Made, Kariasa.1997. Patofisiologi Beberapa Gangguan Neurologi.Jakarta:EGC
Saanin, Syaiful.2009.Neurosurgeon.(online), (http://www.saanin@padang.wasantara.net.id diakses Juni 2009).
Tawi, Mirzal. 2008. Konsep model “Self Care Theory” Dikutip dari Makalah Hajjul

Kamis, 05 Januari 2012

KHASIAT DAUN SAMBUNG NYAWA

ILMU OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (Gynura Procumbens Back)


Di susun oleh ;                                                                                                                       MUMINARSI
(200802056)
YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAAT PAPUA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) SORONG
2011/ 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat Rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang OBAT HERBAL ( Gynura pocumbens back).
Makalah ini dibuat dengan harapan, agar bisa berguna bagi mahasiswa, serta dapat memanfaatkan dalam kehjdupan sehari – hari. kami menyadari bahwa makalah ini belum memenuhi titik kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan dari para pembaca.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen pembimbing serta rekan-rekan sekalian yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Akhir kata, kami mengucapkan selamat membaca, semoga makalah ini dapat menjadi bahan untuk  menambah pengetahuan kita dalam  bidang kesehatan,khususnya tentang Obat – obat Herbal. Dan semoga makalah ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi para pembaca sekalian.
Di Susun Oleh
Muminarsi
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………….……………….…….i
KATA PENGANTAR………………………....……….…………….……...…..ii
DAFTAR ISI……………………………………...…….……………….………iii
BAB I. PENDAHULUAN………………………….…………….……………...1 1.1 Sejarah Obat…………………………………….………………………….1
BAB II. TUJUAN PENLISAN …………………………………………….……3
2.1. Tujuan umum ………………………………………………….………….3
2.2. Tujuan khusus ……………………………………………………..……..4 BAB III  TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...…….6  3.1 Klasifikasi Tanaman ……………………………………………..………6  3.2 Nama Latin …………………………………………………………….…..6 3.3 Morfologi Tanaman …………………………………………………..…..7  3.4 Kandungan Kimia …………………………………………………………8   3.5 komposisi ……………………………………………………………...…..9   3.6 Penggunaan …………………………………………………………..….10    IV. PEMBAHASAN ………………………………………………….………12      V. HASIL PNELITIAN ………………………………………………………13    VI. CARA PENANAMAN …………………………………………………...15  VII. KESIMPULAN ……………………………………………………….....19 VII.1 Kesimpulan ……………………………………………………………19 VII.2 Saran …………………………………………………………………...19
BAB 1.  PENDAHULUAN
1.1  SEJARAH OBAT
Sambung nyawa merupakan tanaman semak semusim  juga dapat mengobti  penyakit ginjal. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sambung nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena diinfus dengan benzpirena. Lebih jauh dinyatakan bahwa pada dosis 2,23 mg/0,2 ml dan 4,46 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan mampu menghambat pertumbuh-an kanker. Sambung nyawa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan.
BAB II TUJUAN PENULISAN
2.1 Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu mengetahui manfaat/kegunaan jenis  tanaman  Gynura Procumben Back (Sambung nyawa) yang dapat digunakan sebagai obat herbal dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam penyembuhan penyakit.

2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu:
1)    Mengetahui sejarah dan perkembangan obat-obatan tradisional di dunia dan Indonesia
2)    Mengetahui klasifikasi dari tanaman Sambung Nyawa
3)    Mengetahui nama tanaman Sambung nyawa dalam berbagi versi bahasa
4)    Mengetahui Morfoogi tanaman Sambung  Nyawa
5)    Mengetahui kandungan kimia tanaman Sambung Nyawa
6)    Mengetahui manfaat dan penggunaan tanaman Sambung Nyawa
7)    Menerapkan tanaman Sambung  Nyawasebagai obat herbal dalam penyobatan penyakit
8)    Dapat memanfaatkan halaman rumah sebagai apotek hidup dengan menanami brbagai tanaman obat.










BAB III   TINJAUN PUSTAKA

3.1.  Klasifikasi tanaman                                                                                                      
*      Divisi        :  Spermatophyta
*      Subdivisi  :  Angiospermae
*      Kelas       :  Dicotyledonae
*      Bangsa    :  Asterales (Campanulatae)
*      Suku        :  Asteraceae (Compositae)                                                                         
*      Negara  : Afrika yang beriklim tropis
*      Marga      :  Gynura
*      Jenis        :  Gynura procumbens Back (lour) Merr                                                                    
(Backer and Van den Brink Jr, 1965)
*       
 3.2 Nama latin                                                                                                                            Latin      : Gynura procumbens Back ( Lour.) Merr.                       Famili    :  Asteraceae                                                                                   Nama asing : She juan jaoatau fujung jao.                                   Indonesia  : Sambung njawa, ngokilo, daun dewa, kalingsir (Sundanese)                                                                            Nama daerah  :   Ngokilo                                                                                                                      Melayu  : Daun dewa (Heyne, 1987; Wijayakusuma et al., 1992), Jawa : sambung    nyawa dan ngokilo beluntas cina (Thomas, 1989),
Negara :                                                                                                               Malaysia  : Daun dewa, dewa raja, akar sebiak, kelemai merah, kacham akar
Cambodia : Chi angkam,Thailand : Pra-kham dee khwaai, ma kham dee khwaai (Pattani), mu maengn sang (Chumphon).
Vietnam : B[aaf]u d[aas]t, rau l[us]i, d[aa]y chua l[ef].

3.3    MORFOLOGI TANAMAN
Tanaman Gynura procumbens back berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Perry, 1980; Van Steenis, 1975; Backer and Van den Brink, 1965; Sodoadisewoyo, 1953).

3.4   KANDUNGAN KIMIA
Daun tanaman Gynura procumbens Back mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri (Pramono and Sudarto, 1985). Sambung nyawa mengandung minyak Atsiri   (0,05%0) dengan komonen utama  Germakrena β (23,71%), β kadinena (20,19%), dan sedicanol (22,42%). Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988), asparaginase (Mulyadi, 1989). Sedangkan hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan Sudarsono et al. (2002) mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyanto et al. (2003) juga menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman Gynura procumbens Back terdapat tiga flavonoid , golongan flavon dan flavonol.
Penelitian oleh Idrus (2003) menyebutkan bahwa Gynura procumbens Back mengandung sterols, glikosida sterol, quercetin, kaempferol-3-O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida,quercetin-3-O-rhamnosyl(1-6)galaktosida,quercetin-3-O rhamnosyl(1-6)glukosida.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        Dengan menggunakan metode perhitungan secara Reed-Muench di-ketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun sambung nyawa sebesar 5.556 g/kg BB. Jika diasumsikan berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50 tercapai jika mengkonsumsi sebanyak 27,78 g ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun sambung nyawa segar sejumlah 277 g.


3.5 KOMPOSISI
Daun mengandung 4 senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid) . Metabolit yang terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam kumarat, asam hidroksi benzoat. Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat dideteksi keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid), polifenol, dan minyak atsiri. Komponen minyak atsiri paling sedikit terdiri dari 6 senyawa monoterpen, 4 senyawa seskuiterpen, 2 macam senyawa dengan ikatan rangkap, 2 senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian dalam upaya isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid yaitu bercak 1 terdiri dari 2 buah senyawa flavonol dan auron; sedangkan pada bercak 11 diduga kaemferol (suatu flavonol). Senyawa yang terkandung dalam etanol daun antara lain flavon / flavonol (3?hidroksi flavon) dengan gugus hidroksil pada posisi 4',7 dan 6 atau 8 dengan substitusi gugus 5 hidroksi. Bila senyawa tersebut suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3 dalam keadaan tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7,8 (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B .
3.5   MANFAAT TANAMAN
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
1.    Tekanan darah tinggi.
Daun segar 4 -lembar (anak-anak 4, dewasa 7 lembar) dicuci lalu dimakan mentah (atau di juice dan diminum, atau dikukus sebentar dan dimakan, atau ditumis sebentar dan dimakan).  Sehari sekali.  (Saran 1x1 kapsul per hari)  Dalimartha (1999).
2.    Radang pita tenggorok, sinusitis. 
 Daun segar 4 -lembar (anak-anak 4, dewasa 7 lembar) dicuci lalu dimakan mentah (atau di juice dan diminum). Sehari sekali.
3.    Tumor.
 Daun 3 lembar mentah dan segar dicuci bersih dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur setiap kali makan nasi (atau dijuice dan diminum). Pantangan : ikan asin, cabai, tauge, sawi putih, kangkung, nanas, durian, lengkong, nangka, es, alkohol, dan tape, limun dan vitzin. (Saran  1x1 kapsul per hari).
4.    Diabetes melitus.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur (atau dijuice dan diminum). Setiap kali makan. Pantangan : makanan yang manis-manis. (Saran  1x1 kapsul per hari ) 
5.    Lever.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan  dilakukan secara teratur (atau dijuice).  Setiap kali makan. Pantangan: makanan yang mengandung lemak.
6.    Ambeien.
Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur (atau dijuice dan diminum). Setiap kali makan. Pantangan : daging kambing dan makanan, masakan yang pedas.
7.    Kolesterol tinggi.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur (atau dijuicedan diminum).   Setiap kali makan. Pantangan :  makanan yang berlemak. (Saran 1x1 kapsul per hari)
8.    Maag.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan (atau dijuice dan diminum) setiap hari dan dilakukan secara  teratur, setiap kali makan. Pantangan : makanan yang pedas dan asam.
9.    Kena bisa ulat dan semut hitam.
         Daun segar 1lembar digosokkan pada bagian tubuh yang gatal hingga daun tersebut mengeluarkan air  dan hancur. Dilakukan 2x setelah berselang 2jam. (Wijayakusuma et al., 1992.
10.       Kanker kandungan, payudara dan kanker darah                                                 Dengan memakan 3 lembar daun segar sehari selama 7 hari
penurun panas, ginjal, bengkak, sakit kulit, kencing manis, stroke, jantung, gangguan lambung, menghilangkan dahak, batuk, amandel,. Pengobatan tersebut dapat diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari keadaan penyakit (Meiyanto, 1996).
11.       Menurut  (Heyne, 1987) dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit ginjal.
12.       Menurut   juga dimanfaatkan sebagai antikoagulan, mencairkan pembekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, khusus bagian daunnya dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, luka terpukul, melancarkan sirkulasi).
13.       Menurut dapat untuk mengatasi batu ginjal, radang mata, sakit gigi, rematik sendi, perdarahan kandungan,  ganglion, kista, tumor, memar.
IV. PEMBAHASAN
Herbal, berdaging. Batang memanjat, rebah, atau merayap, bersegi, gundul, berdaging, hijau keunguan, menahun. Daun berbentuk helaian daun, bentuk bulat telur, bulat telur memanjang, bulat memanjang, ukuran panjang 3,5 - 12,5 cm, lebar 1- 5,5 cm, ujung tumpul, runcing, meruncing pendek, pangkal membulat atau rompang. Tepi daun rata, bergelombang atau agak bergigi. Tangkai daun 0,5 cm sampai 1,5 cm. Permukaan daun kedua sisi gundul atau berambut halus. Perbungaan dengan susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan tersusun dalam susunan malai (panicula) sampai malai rata (corymb), setiap cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang 1,5- 2 cm, lebar 5-6 mm. Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau berambut pendek, tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea involucralis dalam berbentuk garis berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 - 1,7 cm, gundul, ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan tipe tabung, panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan atau jingga. Benang sari berbentuk jarum, kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu. Buah berbentuk garis, panjang 4 - 5 mm, coklat. Daun mempunyai susunan dan fragmen yang sesuai dengan sifat anatomi keluarga tumbuhan bunga matahari (Asteraccae = Compositae). Waktu berbunga Januari - Desember. Di Jawa perbungaan jarang ditemukan.
Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa pada ketinggian 1 - 1200 m dpl, terutama tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m dpl. Banyak ditemukan tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan padang rumput . Secara kultur jaringan, eksplan yang terbaik untuk penumbuhan kalus G. procumbens adalah tangkai daun yang ditaburkan. Media yang terbaik untuk penumbuhan kalus adalah media RTK yaitu media RT dengan air kelapa 10%. Pemberian kombinasi pupuk N dan P memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil produksinya. Pemakaian BA 1 - 4 mg/l memberikan kondisi yang baik untuk multiplikasi tunas. Cara perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan stek batang. Pertumbuhan batang dan daun cepat sehingga dapat segera dimanfaatkan. Tanaman akan tumbuh baik pada tempat ternaungi karena helaian daun lebih tipis dan lebar, sehingga lebih enak untuk dimakan segar.
X.  PENELITIAN MENGENAI  Gynura Procumbens Back   
Pembuktian secara ilmiah mengenai khasiat tanaman ini melalui penelitian telah banyak dilakukan antara lain :
Ø  Sugiyanto et al. (1993), melaporkan adanya efek penghambatan karsinogenitas benzo(a)piren (BAP) oleh preparat tradisional tanaman Gynura procumbens, dan pada tahun 2003 Sugiyanto et al. menyatakan bahwa ekstrak etanol daun Gynura procumbens  mampu memberikan efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh BAP. Sifat antimutagenik ini juga berfungsi sebagai penghambat mutasi pada Salmonella typhimurium.
Ø   Meiyanto (1996) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. mampu memberikan efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh BAP.
Ø  Meiyanto et al., 2004, Secara in vitro, ekstrak etanol daun Gynura procumbens memiliki IC50 kurang dari 1000 ug/ml pada larva udang Artemia salina Leach (Meiyanto et al., 1997). Selain menghambat karsinogenitas pada kanker paru, Gynura procumbens juga diketahui mampu menghambat karsinogenitas kanker payudara. Pemberian post inisiasi ekstrak etanolik daun Gynura procumbens dosis 250 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB dapat mengurangi insidensi kanker payudara tikus yang diinduksi dengan dimetil benz(a)antrazena (DMBA), menurunkan rata-rata jumlah nodul tiap tikus serta secara kualitatif menurunkan ekspresi COX-2 (enzim yang berperan dalam angiogenesis).
Ø  Penelitian Meiyanto dan Septisetyani (2005) menyatakan bahwa fraksi XIX-XX ESN memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks, HeLa, dengan IC50 119 μg/ml. Fraksi tersebut juga menghambat proliferasi sel HeLa dan dapat menginduksi terjadinya apopotosis.
Ø  Penelitian lebih jauh oleh Maryati (2006) menunjukkan flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun Gynura procumbens memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC50 sebesar 98 μg/ml terhadap sel T47D dan secara kualitatif meningkatkan ekspresi p53 dan Bax (regulator apoptosis). Hasil tersebut menguatkan hasil penelitian sebelumnya baik terhadap ekstrak etanolik maupun fraksi-fraksinya yang mengarahkan pada efek kemopreventif Gynura procumbens, baik sebagai blocking maupun suppressing.
Ø  Jenie and Meiyanto,(2006)0Ekstrak etanolik daun Gynura procumbens juga dilaporkan memiliki efek antiangiogenik sehingga tanaman ini berpotensi sebagai antimetastasis, anti-invasi.
VI. CARA PENANAMAN SAMBUNG NYAWA  
  6.1 Penanaman                                                                                                 Perbanyakan sambang nyawa di-lakukan dengan menggunakan bahan tanaman setek batang dan tunas akar. Setek batang yang digunakan ber-ukuran panjang 15 - 20 cm. Bila menggunakan tunas akar dilakukan dengan mencabut atau memisahkan tunas dari tanaman induk. Penanam-an tunas dilakukan seperti pada stek batang. Media tanam yang diguna-kan adalah campuran tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Tanaman sebaiknya mendapat naungan dengan mendapatkan in-tensitas sinar matahari sekitar 60%. Penyiraman dilakukan setiap hari de-ngan lama penyemaian 2 - 3 bulan. Jarak tanam yang ideal 50 x 75 cm, panjang disesuaikan dengan lahan dengan lubang tanam 20 x 20 x 20 cm
6.2   Pemupukan                                                                                                                                 Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk diberikan 5 g setiap tanaman dan diberikan 3 - 7 hari sebelum penanaman. Pemupukan lanjutan dapat diberikan gandasil-D dengan dosis 0,2 sampai 0,3 %.
              6.3  Organisme pengganggu                                                                                 Dijumpai 4 jenis hama yang me-nyerang tanaman ini, yakni Plococ-cus sp., Sylepta chinensis, Ularchis miliaris, dan Acrida turhita. Serang-an yang ditimbulkan terlihat dengan penampilan daun yang hanya tinggal tulangnya atau daun yang berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama dilakukan pengendalian secara organik dan dapat digunakan mulsa yang berasal dari daun orok-orok kebo dan daun lamtoro.
            6.4  Perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro                                     Aplikasi teknologi dengan cara kultur jaringan dapat juga diterapkan untuk memperoleh bahan tanaman seragam secara cepat dan mendapat-kan tanaman yang bebas penyakit serta dapat juga diterapkan teknik penyimpanan plasma nutfah. Media untuk multiplikasi tunas sambang nyawa adalah Murashige dan Skoog yang dapat diperkaya dengan Benzil Adenin pada konsentrasi 0 sampai 1 mg/l. Penggunaan media MS tanpa zat pengatur tumbuh dapat diterap-kan pada tahap awal kultur, karena tingginya kandungan auksin en-dogen, dan pada media tersebut menghasilkan jumlah tunas rata-rata 5,4 setelah masa kultur 2 bulan. Penambahan BA pada media dilakukan setelah memasuki umur kultur 2 tahun, bila tidak ada penambahan zat pengatur tumbuh, daya multiplikasi tunas rendah. Sambang nyawa diduga memiliki kandungan hormon endogen yang cukup untuk multiplikasi tunas.                                                                                                      Media perakaran terbaik adalah MS + IAA 0,1 dengan panjang akar 9,3 cm dan jumlah daun 12/tunas. Akar yang terbentuk tidak hanya dipangkal batang, tetapi juga terbentuk rambut akar yang ditemu-kan pada ruas-ruas batang. Plantlet yang telah terbentuk selanjutnya diaklimatisasi di rumah kaca dapat menggunakan media pupuk kan-dang, sekam atau kompos selama 4 minggu. Keberhasilan aklimatisasi menggunakan pupuk kandang + tanah (1 : 1) mencapai 90%.
        Dari hasil perbanyakan in vitro dengan menggunakan tunas pucuk pada media MS dengan kadar gula 0,10 dan 20 g/l, ternyata tunas memiliki kemampuan tumbuh yang hampir sama dengan tunas yang ditanam pada media yang mengan-dung gula 10 dan 20 g/l, bahkan akar terbentuk 5 - 7 hari setelah penanam-an.
          Penyimpanan secara in vitro dalam keadaan tumbuh dapat di-lakukan dengan menggunakan media perbanyakan (MS + BA0,1 mg/l) ataupun menggunakan media peng-hambat. Media perbanyakan yang digunakan adalah MS dengan kon-sentrasi BA 0,1 mg/l dapat pula di-terapkan pada tanaman. Pembaruan media kultur dapat dilakukan sekali 8 bulan, dalam kondisi media yang telah berkurang dan penampilan ta-naman yang memperlihatkan adanya daun yang mulai menguning. Saat ini umur kultur sambang nyawa telah memasuki periode 3 tahun kultur. Sedangkan bila menggunakan media penghambat paclobutrazol dan ABA serta secara enkapsulasi penyimpan-an dapat berlangsung sampai 6bulan.

6.5  Panen dan pengolahan simplisia
       Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4 - 5 helai ke arah puncak. Pada budidaya sambung nyawa secara monokultur dapat diproduksi daun segar 50,75 ton/ha.                                  Daun yang dipanen dapat dikon-sumsi segar dalam bentuk lalaban atau dibuat urap dan dapat juga disimpan dalam bentuk simplisia. Simplisia dibuat dengan cara me-ngiris daun dan dijemur selama be-berapa hari untuk mengurangi kadar air. Dapat pula dilakukan dengan cara pengeringan pada oven pada suhu 400C, selama 5 hari diperoleh simplisia sebesar 4,25 ton/ha dengan kadar air 8%, kadar sari larut dalam etanol sebesar 6%, kadar sari larut dalam air sebesar 30% serta kadar ekstrak etanol sebesar 5,1%. Sim-plisia daun yang dihasilkan berwarna hijau kecokelatan, berbau harum dan berasa sedikit asam. Simplisia se-lanjutnya digerus dan diayak. Bagian yang halus selanjutnya disimpan dalam bentuk kapsul dan siap di-konsumsi.


VII. KESIMPULAN DAN SARAN
VII.IKesimpulan
      Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to nature “, dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat kuat di Negara-negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Obat herbal sekarang di jadikan pengobatan pertama yang di minati masyarakat karena khasiatnya dan efek samping yang minimal atau bahkan tidak ada sama sekali.
VII.2  Saran
·      Gunakanlah obat-obatan herbal karena efek sampingnya sangat rendah bahkan tidak ada.
Manfaatkan lingkungan rumah sebagai apotek hidup keluarga dengan menanami tanaman obat
tanpa disadari kita sebagai masyrakat tidak banyak mengetahui manfaat tanaman yang ada disekitar kita, sesungguhnya tanaman yang ada di halaman rumah salah satunya ceremai ini sangat berguna untuk kesehatan.memberikan efek samping, tetapi kita dapat kembali memanfaatkan tanaman yang ada sebaga obat tradisional, untuk dapat memberikan kesembuhan pada penyakit.