Rabu, 01 Februari 2012

Ilmu dasar keperawatan

BAB I
PENDAHULUAN
1.    A.  Latar Belakang
Dorothea Elizabeth Orem lahir pada tahun 1914 di Baltimore, Maryland.Pendidikan: Diploma (awal tahun 1930), Pendiri Hospital School Of Nursing, Washington DC; Orem mendapat Titel BSN Ed (1939) dan MSN Ed (1945) di The Catholic University of America, Washington DC. Orem mendapat gelar kehormatan: Dokter Ilmu Pengetahuan dari Georgetown University (1976) dan Pendiri Perguruan Tinggi di San Antonio, Texas (1980); Dokter Surat kemanusiaan dari Illinois Wesleyan University, Bloomington, Illinois (1988); Gelar kehormatan dokter, University of Missouri-Columbia (1998). Dr. Orem melanjutkan untuk aktif dalam pengembangan teori. Dia menyelesaikan edisi ke-6 dari keperawatan: konsep praktek, yang diterbitkan oleh Mosby pada Januari 2001.Dorothea E. Orem meninggal pada 22 Juni 2007 di kediamannya di Savannah, USA. Orem meninggal pada umur 93 tahun. Dunia keperawatan telah kahilangan seorang ahli dan dianggap sebagai orang terpenting serta memiliki wawasan yang sangat luas di bidang keperawatan.Dalam bidang keperawatandapat dikatakan bahwa ahli Keperawatan dari Amerika, Dorothea E Orem, termasuk salah seorang yang terpenting diantara orang yang mengembangkan pandangan dalam bidang Keperawatan.Dorothea Orem melihat bahwa perawatan propesional mendapat bantuan pengambil alihan tugas sebahagian atau pun keseluruhan atau perawatan diri atau perawatan.
Keperawatan sebagai pelayanan profesional, dalam aplikasinya harus dilandasi oleh dasar keilmuan keperawatan yang kokoh. Dengan demikian perawat harus mampu berfikir logis, dan kritis dalam menelaah dan mengidentifikasi fenomena respon manusia. Banyak bentuk-bentuk pengetahuan dan ketrampilan berfikir kritis harus dilakukan pada setiap situasi klien, antara lain dengan menggunakan model-model keperawatan dalam proses keperawatan dan tiap model dapat digunakan dalam praktek keperawatan sesuai dengan kebutuha
Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 50- 100/100.000 penderita pertahun. Angka kematian tersebut mulai menurun sejak awal tahun 1900, beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat kejadian penyakit yang menurun yang disebabkan karena kontrol yang baik terhadap faktor resiko penyakit stroke.(Iskandar, 2002). Menurut Warlow, dari penelitian pada populasi masyarakat, Infark aterotrombotik merupakan penyebab stroke yang paling sering terjadi, yaitu ditemukan pada 50% penderita aterotrombotik bervariasi antara 14-40%. Infark aterotrombotik terjadi akibat adanya proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan intrakranial.
Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI, menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama di Indonesia. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat penting, dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk menentukan pencegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan angka kematian dan kecacatan.
Pada beberapa kasus serangan stroke klien akan mengalami kecacatan baik bersifat sementara maupun menetap. Hal ini tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi klien, dikarenakan perubahan situasional dan kondisi klien yang mengalami kelumpuhan akan mempersulit mobilitas baik selama perawatan di Rumah Sakit maupu ketika di rumah. Peran keluarga sangat penting dimana pada masa awal klien akan membutuhkan bantuan dari keluarga, namun pada jangka panjang tentunya klien harus mampu memenuhi kebutuhan harian secara mandiri dengan bantuan minimal.
Dari beberapa model konsep, salah satu diantaranya adalah model “self care” yang diperkenalkan oleh  Dorothea E. Orem. Model konsep ini dipilih karena sesuai dengan kondisi Ny M yang mengalami masalah keperawatan defisit perawatan diri dikarenakan kelemahan fisik. Kondisi tersebut tentunya akan sejalan dengan permasalahan yang dihadapi oleh Ny M. Tujuan akhir dari keadan ini adalah perawata mampu memfasilitasi dan membawa klien untuk mulai menyadari tentang keterbatasan sehingga pada akhirnya secara bertahap akan kembali memiliki fungsi self care secara optimal
Melalui pendekatan model konseptual Dorothea Orem, perawat akan memfasilitasi kebutuhan Ny M sesuai tingkat ketergantungan dimana pada awal serangan klien akan masuk dalam tingkat ketergantungan total care dan memerlukan bantuan secara penuh dari perawat, diharapkan dengan bantuan tersebut klien secara bertahap akan mampu mencapai fungsi self care kembali sesuai dengan tingkat kemampuan klien
Kasus ini dipilih dan menarik untuk dipelajari karena kondisi stroke merupakan permasalahan bagi klien dan keluarga dimana pada awalnya klien mengalami kelemahan angota gerak dan memiliki riwayat penyakit terkait yaitu PJK. Selain itu asuhan keperawatan diberikan kepada klien pada saat tingkat total care sehingga penulis ingin mengidentifikasi bagaimana perkembangan Ny M dalam mencapai fungsi self care. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk memilih kasus klien Ny M dengan kasus stroke non haemorragic hari ke 1 dengan menggunakan pendekatan model konseptual self care Dorothea Orem.
1.    B.  Rumusan Masalah
Klien yang mengalami serangan stroke pada umumnya mengalami kelumpuhan dan memiliki permasalahan penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri. Proses pemulihan dari kondisi kelemahan memerlukan bantuan perawat pada saat total care, keluarga dan orang terdekat ketika klien memasuki proses perawatan mandiri. Ny M dengan kondisi kelemahan fisik akan berada pada tingkat total care dimana membutuhkan bantuan petugas kesehatan dalam proses menuju transisi pencapaian fungsi self care.



1.    C . Tujuan Penulisan 
1.    Tujuan umum
Mempelajari aplikasi Model Konsep Keperawatan self care Dorothea Orem pada kasus klien Ny M dengan kasus stroke non haemorragic di ruang saraf RSD Dr Soebandi Jember
2.    Tujuan khusus
    Menguraikan alasan ketertarikan dalam pengambilan kasus stroke non haemorragic pada klien Ny M.
    Melakukan penerapan model konsep keperawatan self care Dorothea Orem pada kasus stroke non haemorragic pada klien Ny M
    Melakukan pengelolaan pada kasus stroke non haemorragic pada klien Ny M dengan menggunakan model konsep keperawtan self care Dorothea Orem
    Melakukan pembahasan terhadap kasus yang telah dikelola
    Menarik kesimpulan dari proses penerapan model konseptual pada kasus stroke non haemorragic.
















BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep  Model  Konseptual Keperawatan Self Care
Keperawatan mandiri (self care) menurut Orem’s adalah : Suatu pelaksanaan kegiatan yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya sesuai keadaan, baik sehat maupun sakit. (Orem’s 1980).Pada dasarnya diyakini bahwa semua manusia itu mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan kebutuhan itu sendiri, kecuali bila tidak mampu.
1.    Keyakinan dan nilai-nilai
  Keyakinan Orem’s tentang empat konsep utama keperawatan adalah :
a. Klien : Individu atau kelompok yang tidak mampu secara terus menerus mempertahankan self care untuk hidup dan sehat, pemulihan dari sakit/trauma atau coping dan efeknya.
b. Sehat :  Kemampuan individu atau kelompok memenuhi tuntutan self care yang berperan untuk mempertahankan dan meningkatkan integritas struktural fungsi dan perkembangan.
c.  Lingkungan : Tatanan dimana klien tidak dapat memenuhi kebutuhan keperluan self care dan perawat termasuk di dalamnya tetapi tidak spesifik.
d. Keperawatan : Pelayanan yang dengan sengaja dipilih atau kegiatan yang dilakukan untuk membantu individu, keluarga dan kelompok masyarakat dalam mempertahankan seft care yang mencakup integrias struktural, fungsi dan perkembangan.
2.     Tiga kategori self care
Model Orem’s, meyebutkan ada beberapa kebutuhan self care atau yang disebutkan sebagai keperluan self care (sefl care requisite), yaitu :
a.  Universal self care requisite : Keperluan self care universal ada pada setiap manusia dan berkaitan dengan fungsi kemanusian dan proses kehidupan, biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia. Universal self care requisite yang dimaksudkan adalah :
•    Pemeliharaan kecukupan intake udara
•    Pemeliharaan kecukupan intake cairan
•    Pemeliharaan kecukupan intake makanan
•     Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
•    Pemeliharaan keseimbangan antara solitut dan interaksi sosial
•    Mencegah ancaman kehidupan manusia, fungsi kemanusiaan dan kesejahteraan manusia.
•     Persediaan asuhan yang berkaitan dengan proses-proses eleminasi dan exrement.
•    Meningkatkan fungsi human fungtioning dan perkembangan kedalam kelompok sosial sesuai dengan potensi seseorang, keterbatasan seseorang dan keinginan seseorang untuk menjadi normal.
b.  Developmental self care requisite : terjadi berhubungan dengan tingkat perkembangan individu dan lingkungan dimana tempat mereka tinggal, yang berkaitan dengan perubahan hidup seseorang atau tingkat siklus kehidupan.
c.   Health Deviation self care requisite : timbul karena kesehatan yang tidak sehat dan merupakan kebutuhan-kebutuhan yang menjadi nyata karena sakit atau ketidakmampuan yang menginginkan perubahan dalam perilaku self care.
Orem’s mendiskripsikan dua kategori dibawah ini sebagai keperluan self care (self care requisites), dan ini timbul dari pengaruh peristiwa-peristiwa pada keperluan universal self care  antara lain : Sewaktu ada keinginan untuk mengasuh dirinya sendiri dan seseorang itu mampu untuk menemukan keinginannya, maka self care itu dimungkinkan. Tetapi bila keinginan itu lebih besar dari kapasitas individual atau kemampuan untuk menemukannya, terjadilah ketidak seimbangan dan ini dikatakan sebagai self  care deficit.
3.    Tujuan
Tujuan keperawatan pada model Orem’s secara umum adalah :
a.    Menurunkan tuntutan self care kepada tingkat dimana klien dapat memenuhinya, ini berarti menghilangkan self care deficit.
b.    Memungkinkan klien meningkatkan kemampuannya untuk memenuhi tuntutan self care.
c.    Memungkinkan orang yang berarti (bermakna) bagi klien untuk memberikan asuhan depenent (dependent care) jika self care tidak memungkinkan, oleh karenanya self care deficit apapun dihilangkan.
d.    Jika ketiganya diatas tidak ada yang tercapai, perawat secara langsung dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan self care klien.
Tujuan kepewatan pada model Orem’s yang diterapkan kedalam praktek keperawatan keluarga /komunitas adalah :
a.    Menolong klien dalam hal ini keluarga untuk keperawatan mandiri secara therapeutik.
b.    Menolong klien bergerak kearah tindakan-tindakan asuhan mandiri
c.    Membantu anggota keluarga untuk merawat anggota keluarganya yang mengalami gangguan secara kompeten.
Dengan demikian maka fokus asuhan keperawatan pada Model Orem’s yang diterapkan pada praktek keperawatan keluarga / komunitas adalah :
    Aspek Interpersonal    : Hubungan didalam keluarga
    Aspek Sosial        : Hubungan keluarga dengan masyarakat di sekitarnya.
    Aspek Prosedural    :Melatih ketrampilan dasar keluarga sehingga mampu mengantisipasi perubahan yang terjadi.
    Aspek Tehnis        :Mengajarkan kepada keluarga tentang tehnik dasar yang dilakukan dirumah, misalnya melakukan tindakan kompres secara benar.
    Pengetahuan dan Ketrampilan untuk Praktek
Perawat menolong klien untuk menemukan kebutuhan self care dengan menggunakan tiga kategori dalam system keperawatan dan melalui lima metode bantuan.
1.  Kategoi Bantuan :
a.  Wholly Compensatory      :    Bantuan secara  keseluruhan, dibutuhkan untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan tidak berespon terhadap rangsangan.
b. Partially Compensatory         :    Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
c. Supportive Education   :   Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan mandiri.
2.  Metode  Bantuan
Perawat membantu klien dengan menggunakan sistem dan melalui lima metode bantuan yang meliputi :
a.    Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
b.    Mengajarkan klien
c.    mengarahkan klien
d.    Mensupport klien
e.    Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.
Untuk melaksanakan hal tersebut, lima area utama untuk praktek keperawatan di diskripsikan sebagai berikut :
a.    Masuk kedalam dan memelihara hubungan perawat – klien dengan individu,   keluarga atau kelompok sampai klien  dapat diizinkan pulang dari perawatan.
b.    Menetapkan jika dan bagaimana klien dapat dibantu melalui perawatan.
c.    Merespon keperluan klien, keinginannya dan kebutuhannya untuk kontak dengan perawat dan asisten.
d.    Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan keperawatan dan kehidupan sehari-hari klien, pelayanan kesehatan yang dibutuhkan atau diterima, atau pelayanan sosial dan penyuluhan yang dibutuhkan atau yang diterima.
Menurut Orem, asuhan keperawatan dilakukan dengan keyakinan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat diri sendiri sehingga membantu individu memenuhi kabutuhan hidup, memlihara kesehatan dan kesejahteraannya, oleh karena itu teori ini dikenal sebagai Self Care (perawatan diri) atau Self Care Defisit Teori. Orang dewasa dapat merawat diri mereka sendiri, sedangkan bayi, lansia, dan orang sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas Self Care mereka.
1. Manusia :
Suatu kesatuan yang dipandang sebagai berfungsi secara biologis simbolik dan sosial serta berinisiasi dan melakukan kegiatan asuhan/perawatan mandiri untuk mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan. Kegiatan asuhan keperawatan mandiri terkait dengan :
1.    Udara
2.    Air
3.    Makanan
4.    Eliminasi
5.    Kegiatan dan istirahat
6.    Interaksi sosial
7.    Pencegahan terhadap bahaya kehidupan
8.    Kesejahteraan dan peningkatan fungsi manusia

2.    Masyarakat/lingkungan :
Lingkungan sekitar individu yang membentuk sistem terintegrasi dan interaktif
3. Kesehatan :
Suatu keadaan yang dicirikan oleh keutuhan struktur manusia yang berkembang dan berfungsi secara fisik dan jiwa yang meliputi aspek fisik, psikologik, interpersonal dan sosial. Kesejahteraan digunakan untuk menjelaskan tentang kondisi persepsi individu terhadap keberadaannya. Kesejahteraan merupakan suatu kedaan dicirikan oleh pengalaman yang menyenangkan dan berbagai bentuk kebahagiaan lain, pengalaman spiritual, gerakan untuk memenuhi ideal diri seseorang dan melalui personalisasi berkesinambungan.
4. Keperawatan :
Pelayanan yang membantu manusia dengan tingkat ketergantungan sepenuhnya atau sebagian pada byi, anak dan orang dewasa, ketika mereka, orangtua mereka, wali atau orang dewasa lain yang bertanggung jawab terhadap pengasuhan atau perawatan pada mereka tidak lagi mampu merawat atau mengasuh atau mengawasi mereka. Upaya kreatif manusia ditujukan untuk menolong sesama. Keperawatan merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan mempunyai tujuan suatu fungsi yang dilakukan perawat karena memiliki kecerdasan, serta tindakan yang memungkinkan pemulihan kondisi secara manusiawi pada manusia dan lingkungannya.
BAB III
APLIKASI KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Gangguan peredaran darah otak merupakan suatu masalah yang komplek dimana manifestasi yang ditimbulkan akan berdampak luas pada individu. Salah satu manifestasi yang muncul adalah kerusakan neuromuskular misal lumpuh sebagian anggota badan maupun secara total, tergantung area yang terkena gangguan.
Ny M dengan diagnosa medis Stroke infark akibat tromboembolitik telah dilakukan pengkajian pada pada hari ke 4 awitan dimana klien teridentifikasi memiliki tingkat ketergantungan the partially compensatory nursing system. Melalui asuhan keperawatan dengan mengunakan pendekatan model konsep self care Orem maka perawat akan memfasilitasi kebutuhan klien dalam menyelesaikan masalah kesehatan hingga akhirnya klien mampu mencapai fungsi self carenya dengan bantuan dari keluarga.
Pada pengkajian menurut Orem pada Ny M melalui langkah pertama dapat diidentifikasi masalah keperawatan yang muncul adalah: Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai darah ke cerebral, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penurunan kemampuan batuk efektif, defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kekuatan dan ketahanan.
Setelah perawat melakukan proses keperawatan maka penetapan tujuan merupakan kolaborasi antara perawat-keluarga-klien dimana keluarga sebagai unit terdekat yang nantinya akan memfasilitasi kebutuhan klien setinggalnya di rumah dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki klien dalam menyelesaikan masalah keperawatan.
Pada penetapan tujuan dan rencana tindakan perawat akan memfasilitasi klien dalam melakukan batuk efektif dan pengaturan pola nafas dan dapat beradaptasi dengan kondisinya saat ini dengan bantuan terutama dari keluarga dimana klien dapat berlatih mobilisasi aktif bertahap guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bantuan sebagian dari petugas kesehatan dan dari keluarga. Pada proses implementasi perawat senantiasa melibatkan keluarga dalam melakukan intervensi agar mampu mengetahui kebutuhan klien yang dapat dipenuhi oleh keluarga. Dalam proses ini tidak terdapat masalah yang berarti sebab klien dan keluarga kooperatif dan mampu memahami penjelasan dari perawat.
Proses evaluasi dilakukan setelah melalui tahapan implementasi keperawatan terhadap diagnosa yang muncul. Dari hasil evaluasi didapatkan kesimpulan bahwa klien masih dalam tahap the partially compensatory nursing system dimana kebutuhan klien masih dibantu oleh perawat dan keluarga, namun dari klien sendiri sudah didapatkan peningkatan kemampuan baik fisik maupun psikologis yaitu motivasi untuk melakukan aktifitas secara mandiri dan peningkatan penghargaan terhadap diri sendiri. Hal in tentunya merupakan nilai positif dalam peningkatan kemampuan klien menuju self care yang nantinya akan dilakukan di rumah. Adapun dari keluarga dapat berperan aktif dalam pemenuhan klien ketika masih dalam perawatan di rumah sakit sehingga proses asuhan keperawatan dalam berjalan lancar sebagaimana mestinya.

BAB  IV
PENUTUP
4.A. Kesimpulan
Dengan mempelajari model konsep maka dapat disimpulkan betapa perawat harus memahami apa yang harus dilakukan secara tepat dan akurat sehingga klien dapat memperoleh haknya secara tepat dan benar. Asuhan keperawatan dengan pemilihan model konsep yang sesuai dengan karakteristik klien dapat memberikan asuhan keperawatan yang relevan.
Model konsep self care mempunyai makna bahwa semua manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan self care dan mereka mempunyai hak untuk memperolehnya sendiri kecuali jika tidak mampu. Dengan demikian perawat mengakui potensi klien untuk berpartisipasi merawat dirinya sendiri pada tingkat kemampuannya dan perawatan dapat menentukan tingkat bantuan yang akan diberikan dan untuk dapat menerapkan teori keperawatan ini diperlukan suatu pengetahuan dan ketrampilan yang mendalam terhadap teori keperawatan sehingga diperoleh kemampuan tehnikal dan sikap yang terapeutik.
4.B. Saran
Pada dasarnya semua teori yang ada merupakan sebuah petunjuk praktik dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. antara teori satu dengan teori lain tidaklah saling bertentangan, melainkan saling berkaitan. Penggunaan teori keperawatan memungkinkan perbaikan pelayanan keperawatan yang lebih berkualitas. keperawatan dalam menghadapi tantangan di masa depan haruslah memiliki sebuah model dan pandangan sendiri tentang disiplin ilmunya. Keperawatan yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu kesehatan berusaha menampilkan sebuah cabang ilmu yang berbeda dari ilmu kesehatan yang lainya sehingga dapat meningkatkan penghargan terhadap disiplin ilmu keperawatan dengan tujuan akhir meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.








DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Juall. 2000. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan.Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan “Pedoman untuk perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo.1987. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik ( terjemahan ), Edisi VI, Volume II. Jakarta: EGC.
Hand Out Kursus Keperawatan Neurologi, Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Jakarta (tidak dipublikasikan)
Indriyani, Diyan. 2009. Kumpulan Makalah Teori Model Konseptual Keperawatan. Tidak dipublikasikan. Jember: Universitas Muhammadiyah Jember
Japardi, Iskandar. 2002. Patofisiologi Stroke Infark akibat Tromboemboli. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. (online), (http://www.USU digital library.com diakses Juni 2009).
Made, Kariasa.1997. Patofisiologi Beberapa Gangguan Neurologi.Jakarta:EGC
Saanin, Syaiful.2009.Neurosurgeon.(online), (http://www.saanin@padang.wasantara.net.id diakses Juni 2009).
Tawi, Mirzal. 2008. Konsep model “Self Care Theory” Dikutip dari Makalah Hajjul