Kamis, 05 Januari 2012

KHASIAT DAUN SAMBUNG NYAWA

ILMU OBAT DAN OBAT TRADISIONAL (Gynura Procumbens Back)


Di susun oleh ;                                                                                                                       MUMINARSI
(200802056)
YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAAT PAPUA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) SORONG
2011/ 2012

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat Rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Makalah ini berisi tentang OBAT HERBAL ( Gynura pocumbens back).
Makalah ini dibuat dengan harapan, agar bisa berguna bagi mahasiswa, serta dapat memanfaatkan dalam kehjdupan sehari – hari. kami menyadari bahwa makalah ini belum memenuhi titik kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan dari para pembaca.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen pembimbing serta rekan-rekan sekalian yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Akhir kata, kami mengucapkan selamat membaca, semoga makalah ini dapat menjadi bahan untuk  menambah pengetahuan kita dalam  bidang kesehatan,khususnya tentang Obat – obat Herbal. Dan semoga makalah ini dapat menjadi acuan dan referensi bagi para pembaca sekalian.
Di Susun Oleh
Muminarsi
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………….……………….…….i
KATA PENGANTAR………………………....……….…………….……...…..ii
DAFTAR ISI……………………………………...…….……………….………iii
BAB I. PENDAHULUAN………………………….…………….……………...1 1.1 Sejarah Obat…………………………………….………………………….1
BAB II. TUJUAN PENLISAN …………………………………………….……3
2.1. Tujuan umum ………………………………………………….………….3
2.2. Tujuan khusus ……………………………………………………..……..4 BAB III  TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...…….6  3.1 Klasifikasi Tanaman ……………………………………………..………6  3.2 Nama Latin …………………………………………………………….…..6 3.3 Morfologi Tanaman …………………………………………………..…..7  3.4 Kandungan Kimia …………………………………………………………8   3.5 komposisi ……………………………………………………………...…..9   3.6 Penggunaan …………………………………………………………..….10    IV. PEMBAHASAN ………………………………………………….………12      V. HASIL PNELITIAN ………………………………………………………13    VI. CARA PENANAMAN …………………………………………………...15  VII. KESIMPULAN ……………………………………………………….....19 VII.1 Kesimpulan ……………………………………………………………19 VII.2 Saran …………………………………………………………………...19
BAB 1.  PENDAHULUAN
1.1  SEJARAH OBAT
Sambung nyawa merupakan tanaman semak semusim  juga dapat mengobti  penyakit ginjal. Sebuah hasil penelitian menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sambung nyawa mampu menghambat pertumbuhan tumor pada mencit karena diinfus dengan benzpirena. Lebih jauh dinyatakan bahwa pada dosis 2,23 mg/0,2 ml dan 4,46 mg/0,2 ml dari ekstrak heksan mampu menghambat pertumbuh-an kanker. Sambung nyawa bersifat manis, tawar, dingin dan sedikit toksik. Rasa manis mempunyai sifat menguatkan (tonik) dan menyejukkan.
BAB II TUJUAN PENULISAN
2.1 Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini yaitu mengetahui manfaat/kegunaan jenis  tanaman  Gynura Procumben Back (Sambung nyawa) yang dapat digunakan sebagai obat herbal dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dalam penyembuhan penyakit.

2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu:
1)    Mengetahui sejarah dan perkembangan obat-obatan tradisional di dunia dan Indonesia
2)    Mengetahui klasifikasi dari tanaman Sambung Nyawa
3)    Mengetahui nama tanaman Sambung nyawa dalam berbagi versi bahasa
4)    Mengetahui Morfoogi tanaman Sambung  Nyawa
5)    Mengetahui kandungan kimia tanaman Sambung Nyawa
6)    Mengetahui manfaat dan penggunaan tanaman Sambung Nyawa
7)    Menerapkan tanaman Sambung  Nyawasebagai obat herbal dalam penyobatan penyakit
8)    Dapat memanfaatkan halaman rumah sebagai apotek hidup dengan menanami brbagai tanaman obat.










BAB III   TINJAUN PUSTAKA

3.1.  Klasifikasi tanaman                                                                                                      
*      Divisi        :  Spermatophyta
*      Subdivisi  :  Angiospermae
*      Kelas       :  Dicotyledonae
*      Bangsa    :  Asterales (Campanulatae)
*      Suku        :  Asteraceae (Compositae)                                                                         
*      Negara  : Afrika yang beriklim tropis
*      Marga      :  Gynura
*      Jenis        :  Gynura procumbens Back (lour) Merr                                                                    
(Backer and Van den Brink Jr, 1965)
*       
 3.2 Nama latin                                                                                                                            Latin      : Gynura procumbens Back ( Lour.) Merr.                       Famili    :  Asteraceae                                                                                   Nama asing : She juan jaoatau fujung jao.                                   Indonesia  : Sambung njawa, ngokilo, daun dewa, kalingsir (Sundanese)                                                                            Nama daerah  :   Ngokilo                                                                                                                      Melayu  : Daun dewa (Heyne, 1987; Wijayakusuma et al., 1992), Jawa : sambung    nyawa dan ngokilo beluntas cina (Thomas, 1989),
Negara :                                                                                                               Malaysia  : Daun dewa, dewa raja, akar sebiak, kelemai merah, kacham akar
Cambodia : Chi angkam,Thailand : Pra-kham dee khwaai, ma kham dee khwaai (Pattani), mu maengn sang (Chumphon).
Vietnam : B[aaf]u d[aas]t, rau l[us]i, d[aa]y chua l[ef].

3.3    MORFOLOGI TANAMAN
Tanaman Gynura procumbens back berbentuk perdu tegak bila masih muda dan dapat merambat setelah cukup tua. Bila daunnya diremas bau aromatis. Batangnya segi empat beruas-ruas, panjang ruas dari pangkal sampai ke ujung semakin pendek, ruas berwarna hijau dengan bercak ungu. Daun tunggal bentuk elips memanjang atau bulat telur terbalik tersebar, tepi daun bertoreh dan berambut halus. Tangkai daun panjang ½-3 ½ cm, helaian daun panjang 3 ½-12 ½ cm, lebar 1- 5 ½ cm. Helaian daun bagian atas berwarna hijau dan bagian bawah berwarna hijau muda dan mengkilat. Kedua permukaan daun berambut pendek. Tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah. Pada tiap pangkal ruas terdapat tunas kecil berwarna hijau kekuningan. Tumbuhan ini mempunyai bunga bongkol, di dalam bongkol terdapat bunga tabung berwarna kuning oranye coklat kemerahan panjang 1-1 ½ cm, berbau tidak enak. Tiap tangkai daun dan helai daunnya mempunyai banyak sel kelenjar minyak (Perry, 1980; Van Steenis, 1975; Backer and Van den Brink, 1965; Sodoadisewoyo, 1953).

3.4   KANDUNGAN KIMIA
Daun tanaman Gynura procumbens Back mengandung senyawa flavonoid, sterol tak jenuh, triterpen, polifenol dan minyak atsiri (Pramono and Sudarto, 1985). Sambung nyawa mengandung minyak Atsiri   (0,05%0) dengan komonen utama  Germakrena β (23,71%), β kadinena (20,19%), dan sedicanol (22,42%). Hasil penelitian lain melaporkan bahwa tumbuhan ini mengandung senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid, triterpenoid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam p-hidroksi benzoat (Suganda et al., 1988), asparaginase (Mulyadi, 1989). Sedangkan hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapis tipis yang dilakukan Sudarsono et al. (2002) mendeteksi adanya sterol, triterpen, senyawa fenolik, polifenol, dan minyak atsiri. Sugiyanto et al. (2003) juga menyatakan berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dalam fraksi polar etanol daun tanaman Gynura procumbens Back terdapat tiga flavonoid , golongan flavon dan flavonol.
Penelitian oleh Idrus (2003) menyebutkan bahwa Gynura procumbens Back mengandung sterols, glikosida sterol, quercetin, kaempferol-3-O-neohesperidosida, kaempferol-3-glukosida,quercetin-3-O-rhamnosyl(1-6)galaktosida,quercetin-3-O rhamnosyl(1-6)glukosida.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        Dengan menggunakan metode perhitungan secara Reed-Muench di-ketahui bahwa LD50 ekstrak etanol daun sambung nyawa sebesar 5.556 g/kg BB. Jika diasumsikan berat badan orang dewasa rata-rata 50 kg, LD50 tercapai jika mengkonsumsi sebanyak 27,78 g ekstrak atau lebih kurang sama dengan daun sambung nyawa segar sejumlah 277 g.


3.5 KOMPOSISI
Daun mengandung 4 senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid) . Metabolit yang terdapat dalam ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam kumarat, asam hidroksi benzoat. Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat dideteksi keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid), polifenol, dan minyak atsiri. Komponen minyak atsiri paling sedikit terdiri dari 6 senyawa monoterpen, 4 senyawa seskuiterpen, 2 macam senyawa dengan ikatan rangkap, 2 senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian dalam upaya isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid yaitu bercak 1 terdiri dari 2 buah senyawa flavonol dan auron; sedangkan pada bercak 11 diduga kaemferol (suatu flavonol). Senyawa yang terkandung dalam etanol daun antara lain flavon / flavonol (3?hidroksi flavon) dengan gugus hidroksil pada posisi 4',7 dan 6 atau 8 dengan substitusi gugus 5 hidroksi. Bila senyawa tersebut suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3 dalam keadaan tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7,8 (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B .
3.5   MANFAAT TANAMAN
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
1.    Tekanan darah tinggi.
Daun segar 4 -lembar (anak-anak 4, dewasa 7 lembar) dicuci lalu dimakan mentah (atau di juice dan diminum, atau dikukus sebentar dan dimakan, atau ditumis sebentar dan dimakan).  Sehari sekali.  (Saran 1x1 kapsul per hari)  Dalimartha (1999).
2.    Radang pita tenggorok, sinusitis. 
 Daun segar 4 -lembar (anak-anak 4, dewasa 7 lembar) dicuci lalu dimakan mentah (atau di juice dan diminum). Sehari sekali.
3.    Tumor.
 Daun 3 lembar mentah dan segar dicuci bersih dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur setiap kali makan nasi (atau dijuice dan diminum). Pantangan : ikan asin, cabai, tauge, sawi putih, kangkung, nanas, durian, lengkong, nangka, es, alkohol, dan tape, limun dan vitzin. (Saran  1x1 kapsul per hari).
4.    Diabetes melitus.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur (atau dijuice dan diminum). Setiap kali makan. Pantangan : makanan yang manis-manis. (Saran  1x1 kapsul per hari ) 
5.    Lever.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan  dilakukan secara teratur (atau dijuice).  Setiap kali makan. Pantangan: makanan yang mengandung lemak.
6.    Ambeien.
Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur (atau dijuice dan diminum). Setiap kali makan. Pantangan : daging kambing dan makanan, masakan yang pedas.
7.    Kolesterol tinggi.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur (atau dijuicedan diminum).   Setiap kali makan. Pantangan :  makanan yang berlemak. (Saran 1x1 kapsul per hari)
8.    Maag.
 Daun mentah segar3 lembar dicuci lalu dimakan sebagai lalapan (atau dijuice dan diminum) setiap hari dan dilakukan secara  teratur, setiap kali makan. Pantangan : makanan yang pedas dan asam.
9.    Kena bisa ulat dan semut hitam.
         Daun segar 1lembar digosokkan pada bagian tubuh yang gatal hingga daun tersebut mengeluarkan air  dan hancur. Dilakukan 2x setelah berselang 2jam. (Wijayakusuma et al., 1992.
10.       Kanker kandungan, payudara dan kanker darah                                                 Dengan memakan 3 lembar daun segar sehari selama 7 hari
penurun panas, ginjal, bengkak, sakit kulit, kencing manis, stroke, jantung, gangguan lambung, menghilangkan dahak, batuk, amandel,. Pengobatan tersebut dapat diperpanjang selama 1-3 bulan tergantung dari keadaan penyakit (Meiyanto, 1996).
11.       Menurut  (Heyne, 1987) dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit ginjal.
12.       Menurut   juga dimanfaatkan sebagai antikoagulan, mencairkan pembekuan darah, stimulasi sirkulasi, menghentikan pendarahan, menghilangkan panas, membersihkan racun, khusus bagian daunnya dapat digunakan untuk mengobati pembengkakan payudara, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, luka terpukul, melancarkan sirkulasi).
13.       Menurut dapat untuk mengatasi batu ginjal, radang mata, sakit gigi, rematik sendi, perdarahan kandungan,  ganglion, kista, tumor, memar.
IV. PEMBAHASAN
Herbal, berdaging. Batang memanjat, rebah, atau merayap, bersegi, gundul, berdaging, hijau keunguan, menahun. Daun berbentuk helaian daun, bentuk bulat telur, bulat telur memanjang, bulat memanjang, ukuran panjang 3,5 - 12,5 cm, lebar 1- 5,5 cm, ujung tumpul, runcing, meruncing pendek, pangkal membulat atau rompang. Tepi daun rata, bergelombang atau agak bergigi. Tangkai daun 0,5 cm sampai 1,5 cm. Permukaan daun kedua sisi gundul atau berambut halus. Perbungaan dengan susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan tersusun dalam susunan malai (panicula) sampai malai rata (corymb), setiap cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang 1,5- 2 cm, lebar 5-6 mm. Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau berambut pendek, tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea involucralis dalam berbentuk garis berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 - 1,7 cm, gundul, ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan tipe tabung, panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan atau jingga. Benang sari berbentuk jarum, kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu. Buah berbentuk garis, panjang 4 - 5 mm, coklat. Daun mempunyai susunan dan fragmen yang sesuai dengan sifat anatomi keluarga tumbuhan bunga matahari (Asteraccae = Compositae). Waktu berbunga Januari - Desember. Di Jawa perbungaan jarang ditemukan.
Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa pada ketinggian 1 - 1200 m dpl, terutama tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m dpl. Banyak ditemukan tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan padang rumput . Secara kultur jaringan, eksplan yang terbaik untuk penumbuhan kalus G. procumbens adalah tangkai daun yang ditaburkan. Media yang terbaik untuk penumbuhan kalus adalah media RTK yaitu media RT dengan air kelapa 10%. Pemberian kombinasi pupuk N dan P memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan hasil produksinya. Pemakaian BA 1 - 4 mg/l memberikan kondisi yang baik untuk multiplikasi tunas. Cara perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan stek batang. Pertumbuhan batang dan daun cepat sehingga dapat segera dimanfaatkan. Tanaman akan tumbuh baik pada tempat ternaungi karena helaian daun lebih tipis dan lebar, sehingga lebih enak untuk dimakan segar.
X.  PENELITIAN MENGENAI  Gynura Procumbens Back   
Pembuktian secara ilmiah mengenai khasiat tanaman ini melalui penelitian telah banyak dilakukan antara lain :
Ø  Sugiyanto et al. (1993), melaporkan adanya efek penghambatan karsinogenitas benzo(a)piren (BAP) oleh preparat tradisional tanaman Gynura procumbens, dan pada tahun 2003 Sugiyanto et al. menyatakan bahwa ekstrak etanol daun Gynura procumbens  mampu memberikan efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh BAP. Sifat antimutagenik ini juga berfungsi sebagai penghambat mutasi pada Salmonella typhimurium.
Ø   Meiyanto (1996) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. mampu memberikan efek antimutagenik terhadap tumor paru mencit yang diakibatkan oleh BAP.
Ø  Meiyanto et al., 2004, Secara in vitro, ekstrak etanol daun Gynura procumbens memiliki IC50 kurang dari 1000 ug/ml pada larva udang Artemia salina Leach (Meiyanto et al., 1997). Selain menghambat karsinogenitas pada kanker paru, Gynura procumbens juga diketahui mampu menghambat karsinogenitas kanker payudara. Pemberian post inisiasi ekstrak etanolik daun Gynura procumbens dosis 250 mg/kgBB dan 750 mg/kgBB dapat mengurangi insidensi kanker payudara tikus yang diinduksi dengan dimetil benz(a)antrazena (DMBA), menurunkan rata-rata jumlah nodul tiap tikus serta secara kualitatif menurunkan ekspresi COX-2 (enzim yang berperan dalam angiogenesis).
Ø  Penelitian Meiyanto dan Septisetyani (2005) menyatakan bahwa fraksi XIX-XX ESN memiliki efek sitotoksik terhadap sel kanker serviks, HeLa, dengan IC50 119 μg/ml. Fraksi tersebut juga menghambat proliferasi sel HeLa dan dapat menginduksi terjadinya apopotosis.
Ø  Penelitian lebih jauh oleh Maryati (2006) menunjukkan flavonoid yang diisolasi dari fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun Gynura procumbens memiliki aktivitas sitotoksik dengan IC50 sebesar 98 μg/ml terhadap sel T47D dan secara kualitatif meningkatkan ekspresi p53 dan Bax (regulator apoptosis). Hasil tersebut menguatkan hasil penelitian sebelumnya baik terhadap ekstrak etanolik maupun fraksi-fraksinya yang mengarahkan pada efek kemopreventif Gynura procumbens, baik sebagai blocking maupun suppressing.
Ø  Jenie and Meiyanto,(2006)0Ekstrak etanolik daun Gynura procumbens juga dilaporkan memiliki efek antiangiogenik sehingga tanaman ini berpotensi sebagai antimetastasis, anti-invasi.
VI. CARA PENANAMAN SAMBUNG NYAWA  
  6.1 Penanaman                                                                                                 Perbanyakan sambang nyawa di-lakukan dengan menggunakan bahan tanaman setek batang dan tunas akar. Setek batang yang digunakan ber-ukuran panjang 15 - 20 cm. Bila menggunakan tunas akar dilakukan dengan mencabut atau memisahkan tunas dari tanaman induk. Penanam-an tunas dilakukan seperti pada stek batang. Media tanam yang diguna-kan adalah campuran tanah + pupuk kandang dengan perbandingan 1 : 1. Tanaman sebaiknya mendapat naungan dengan mendapatkan in-tensitas sinar matahari sekitar 60%. Penyiraman dilakukan setiap hari de-ngan lama penyemaian 2 - 3 bulan. Jarak tanam yang ideal 50 x 75 cm, panjang disesuaikan dengan lahan dengan lubang tanam 20 x 20 x 20 cm
6.2   Pemupukan                                                                                                                                 Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk diberikan 5 g setiap tanaman dan diberikan 3 - 7 hari sebelum penanaman. Pemupukan lanjutan dapat diberikan gandasil-D dengan dosis 0,2 sampai 0,3 %.
              6.3  Organisme pengganggu                                                                                 Dijumpai 4 jenis hama yang me-nyerang tanaman ini, yakni Plococ-cus sp., Sylepta chinensis, Ularchis miliaris, dan Acrida turhita. Serang-an yang ditimbulkan terlihat dengan penampilan daun yang hanya tinggal tulangnya atau daun yang berlubang-lubang. Untuk mengurangi serangan hama dilakukan pengendalian secara organik dan dapat digunakan mulsa yang berasal dari daun orok-orok kebo dan daun lamtoro.
            6.4  Perbanyakan tanaman melalui kultur in vitro                                     Aplikasi teknologi dengan cara kultur jaringan dapat juga diterapkan untuk memperoleh bahan tanaman seragam secara cepat dan mendapat-kan tanaman yang bebas penyakit serta dapat juga diterapkan teknik penyimpanan plasma nutfah. Media untuk multiplikasi tunas sambang nyawa adalah Murashige dan Skoog yang dapat diperkaya dengan Benzil Adenin pada konsentrasi 0 sampai 1 mg/l. Penggunaan media MS tanpa zat pengatur tumbuh dapat diterap-kan pada tahap awal kultur, karena tingginya kandungan auksin en-dogen, dan pada media tersebut menghasilkan jumlah tunas rata-rata 5,4 setelah masa kultur 2 bulan. Penambahan BA pada media dilakukan setelah memasuki umur kultur 2 tahun, bila tidak ada penambahan zat pengatur tumbuh, daya multiplikasi tunas rendah. Sambang nyawa diduga memiliki kandungan hormon endogen yang cukup untuk multiplikasi tunas.                                                                                                      Media perakaran terbaik adalah MS + IAA 0,1 dengan panjang akar 9,3 cm dan jumlah daun 12/tunas. Akar yang terbentuk tidak hanya dipangkal batang, tetapi juga terbentuk rambut akar yang ditemu-kan pada ruas-ruas batang. Plantlet yang telah terbentuk selanjutnya diaklimatisasi di rumah kaca dapat menggunakan media pupuk kan-dang, sekam atau kompos selama 4 minggu. Keberhasilan aklimatisasi menggunakan pupuk kandang + tanah (1 : 1) mencapai 90%.
        Dari hasil perbanyakan in vitro dengan menggunakan tunas pucuk pada media MS dengan kadar gula 0,10 dan 20 g/l, ternyata tunas memiliki kemampuan tumbuh yang hampir sama dengan tunas yang ditanam pada media yang mengan-dung gula 10 dan 20 g/l, bahkan akar terbentuk 5 - 7 hari setelah penanam-an.
          Penyimpanan secara in vitro dalam keadaan tumbuh dapat di-lakukan dengan menggunakan media perbanyakan (MS + BA0,1 mg/l) ataupun menggunakan media peng-hambat. Media perbanyakan yang digunakan adalah MS dengan kon-sentrasi BA 0,1 mg/l dapat pula di-terapkan pada tanaman. Pembaruan media kultur dapat dilakukan sekali 8 bulan, dalam kondisi media yang telah berkurang dan penampilan ta-naman yang memperlihatkan adanya daun yang mulai menguning. Saat ini umur kultur sambang nyawa telah memasuki periode 3 tahun kultur. Sedangkan bila menggunakan media penghambat paclobutrazol dan ABA serta secara enkapsulasi penyimpan-an dapat berlangsung sampai 6bulan.

6.5  Panen dan pengolahan simplisia
       Panen pertama dilakukan saat tanaman berumur sekitar 4 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik atau memangkas daun sebanyak 4 - 5 helai ke arah puncak. Pada budidaya sambung nyawa secara monokultur dapat diproduksi daun segar 50,75 ton/ha.                                  Daun yang dipanen dapat dikon-sumsi segar dalam bentuk lalaban atau dibuat urap dan dapat juga disimpan dalam bentuk simplisia. Simplisia dibuat dengan cara me-ngiris daun dan dijemur selama be-berapa hari untuk mengurangi kadar air. Dapat pula dilakukan dengan cara pengeringan pada oven pada suhu 400C, selama 5 hari diperoleh simplisia sebesar 4,25 ton/ha dengan kadar air 8%, kadar sari larut dalam etanol sebesar 6%, kadar sari larut dalam air sebesar 30% serta kadar ekstrak etanol sebesar 5,1%. Sim-plisia daun yang dihasilkan berwarna hijau kecokelatan, berbau harum dan berasa sedikit asam. Simplisia se-lanjutnya digerus dan diayak. Bagian yang halus selanjutnya disimpan dalam bentuk kapsul dan siap di-konsumsi.


VII. KESIMPULAN DAN SARAN
VII.IKesimpulan
      Beberapa dekade terakhir ini terdapat kecenderungan secara global untuk kembali ke alam. Kecenderungan untuk kembali ke alam atau ” back to nature “, dalam bidang pengobatan pada herbal ini sangat kuat di Negara-negara maju dan berpengaruh besar di Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Obat herbal sekarang di jadikan pengobatan pertama yang di minati masyarakat karena khasiatnya dan efek samping yang minimal atau bahkan tidak ada sama sekali.
VII.2  Saran
·      Gunakanlah obat-obatan herbal karena efek sampingnya sangat rendah bahkan tidak ada.
Manfaatkan lingkungan rumah sebagai apotek hidup keluarga dengan menanami tanaman obat
tanpa disadari kita sebagai masyrakat tidak banyak mengetahui manfaat tanaman yang ada disekitar kita, sesungguhnya tanaman yang ada di halaman rumah salah satunya ceremai ini sangat berguna untuk kesehatan.memberikan efek samping, tetapi kita dapat kembali memanfaatkan tanaman yang ada sebaga obat tradisional, untuk dapat memberikan kesembuhan pada penyakit.

1 komentar:

  1. kayaknya poto2nya ga muncul nih, bener ga?
    oh ya mampir jg ke blogku di http://edittag.blogspot.com

    BalasHapus